LAJNAH BAHTSUL MASA IL PCNU KAB.BLITAR
Kamis, 22 Januari 2015
1. Mavrodi Mondial Moneybox (MMM), Haramkah ?
MMM atau biasa diplesetkan menjadi Manusia Membantu manusia adalah Sebuah komunitas social financial networking yang tidak berbadan hukum, di mana para anggotanya bertransaksi (semacam) investasi dengan cara saling memberikan bantuan finansial yang berdiri atas kepercayaan dan keikhlasan antar anggota.
Gambaran praktik MMM secara singkatnya yaitu partisipan atau seorang anggota (provide help/PH/penyetor dana) memberi bantuan sejumlah uang ke rekening anggota lain secara acak (ditentukan oleh server MMM) dengan harapan akan diberi bantuan (get help/GH) oleh partisipan lain secara acak juga dengan mendapat tambahan keuntungan 30% dari total dana yang sudah disetorkan. Anggota menempatkan uangnya selama sebulan dengan mentransfer minimal Rp 100. 000, maksimal Rp 10. 000 000 dan nantinya akan mendapat dana 30 persen per bulan dari nilai uang yang ditransfer pada bulan berikutnya.
Pada umumnya, para member tidak tahu dan tidak mau tahu dari mana dana profit berasal. Ketika seorang member MMM berhasil mencari member baru yang mendaftar di bawah akunnya (downline), maka ia juga akan mendapat bonus referral 10 persen di luar profit yang 30 persen.
Pertanyaan :
Bagaimanakah hukumnya berdasar keterangan dari al-Quran, al-Hadits, Qowaid Fikhiyyah, Maqashid Syariah, ataupun dari kitab-kita klasik ?
Serta bagaimana uang yang telah di dapat ?
Jawaban :
Bagaimana hukum sebenarnya MMM ?
CARA KERJA MMM
1. Kita mendaftarkan diri
2. Mengajukan TAWARAN BANTUAN (minimal 100rb)
3. Menunggu perintah transfer dari system ke anggota lain yang mengajukan PROPOSAL BANTUAN
4. 15 hari kemudian kita dipersilahkan mengajukan PROPOSAL BANTUAN sesuai dengan jumlah bantuan yang telah kita berikan + 30 % dari bantuan yang telah kita berikan perbulan.
Jadi jika kita telah memberikan bantuan 100rb, dan mengajukan permohonan bantuan 3 bln kemudian, maka kita boleh mengajukan permohonan bantuan 100 rb + 30% x 3 bln = 100rb + 90 rb = 190 rb
5. Maka system secara acak akan menunjuk beberapa anggota yang telah mengajukan TAWARAN BANTUAN agar mentransfer ke rekening kita
Selesai
Source : http://www.mmmindonesiaclub.com/p/cara-kerja-mmm.html
Kesimpulan :
Sebenarnya praktek MMM hampir menyerupai sumbangan dana sosial berhadiah (SDSB) sehingga hukumnya haram karena mengandung unsur perjuadian dan uang yang di dapatkan wajib di kembalikan.
Catatan :
1. Klaim bahwa MMM merupakan jual beli Mafro adalah tidak benar karena jual beli tersebut sebenarnya hanya semu (tidak ada barang atau kemanfaatan yang dijual belikan) sehingga termasuk “بيع الغرر ”.
2. Klaim bahwa MMM merupakan hibah atau sumbangan juga tidak benar, karena tujuan dari para penyumbang sebenarnya hanya untuk mendapatkan uang yang lebih besar.
Referensi :
الحاوي الكبير في الفقه الشافعي رقم الجزء: 6 رقم الصفحة: 254
إِذَا أَتَى صُبْرَةَ طَعَامٍ لِغَيْرِهِ فَقَالَ لِرَبِّهَا: أَنَا أَضْمَنُهَا لَكَ بِعِشْرِيْنَ صَاعاً، فَإِنْ نَقَصَ فَعَلَيَّ نُقْصَانُهَا، وَإِنْ زَادَتْ فَلِيْ زِيَادَتُهَا. أَوْ أَتَى قِرَاحاً فِيْهِ بِطِّيْخٌ فَقَالَ لِرَبِّهِ : أَنَا أَضْمَنُهُ لَكَ بِأَلْفِ بِطِّيْخَةٍ، فَإِنْ زَادَتْ فَلِي، وَإِنْ نَقَصَتْ فَعَلَيَّ. أَوْ أَخَذَ ثَوْباً لِرَجُلٍ فَقَالَ : أَنَا أَقْطَعُهُ لَكَ قَمِيْصاً، فَإِنْ نَقَصَ أَتْـمَمْتُهُ، وَإِنْ زَادَ أَخَذْتُ الزِّيَادَةَ، فَهَذَا فَاسِدٌ وَحَرَامٌ بِاتِّفَاقٍ.
وَإِنَّمَا اخْتَلَفُوا فِيْ جِهَةِ فَسَادِهِ، فَقَالَ مَالِكٌ: لِأَنَّهُ فِيْ مَعْنَى الـمُزَابَنَةِ وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : إِنَّمَا يَفْسُدُ لِأَنَّهُ مُخَاطَرَةٌ وَقِمَارٌ وَلَيْسَ بـِمُزَابَنَةٍ؛ لِأَنَّ اْلـمُزَابَنَةِ مُبَايَعَةٌ. وَهَذَا مَوْضُوْعٌ عَلَى أَنْ يَدْفَعَ عَنْهُ النُّقْصَانَ مَا لاَ يَأْخُذُ عِوَضَهُ، وَيَأْخُذُ عَنْهُ الزِّيَادَةَ مَا لاَ يُعْطِى بَدَلَهُ، فَصَارَ بِاْلقِمَارِ وَاْلـمُخَاطَرةِ أَشْبَهَ مِنْهُ بِاْلبَيْعِ وَالْمُزَابَنَةِ وَاللهُ أَعْلَمُ.
Ketika seseorang mendatangi makanan, lalu berkata kepada pemiliknya“ aku tanggung makanan itu untuk kamu dengan dua puluh Sho’, kalau ternyata kurang maka aku yang menanggung dan kalau lebih maka kelebihannya menjadi milikku”, atau seorang mendatangi karung yang didalamnya berisi semangka, lalu berkata kepada pemiliknya “ aku tanggung semangka itu untuk kamu dengan seribu semangka, kalau lebih maka kelebihannya menjadi milikku kalau kurang, kekuranganya aku yang menanggung”. Atau seseorang mengambil kain milik orang lain lalu berkata “ aku potong kain ini untukmu kujadikan baju kurung, kalau kurang maka aku yang akan menyempurnakannya, kalau lebih maka aku ambil kelebihannya”. Praktek semacam ini ulama’ sepakat hukumnya batal dan haram.
Sedangkan yang menjadi perbedaan pendapat diantara mereka adalah tentang alas an keharamannya, menurut imam malik dikarenakan praktek ini semakna dengan Muzabanah, sedangkan menurut Imam Syafi’i RA. karena praktek ini murni spekulasi dan judi bukan Muzabanah, karena sasaran praktek ini sebenarnya adalah terjadi penyerahan barang tanpa ada gantinya (iwadl) ketika terjadi kekurangan dan mengambil barang tanpa memberikan gantinya ketika ternyata terjadi kelebihan, sehingga praktek ini lebih menyarupahi judi dan berspekulasi.
المجموع شرح المهذب رقم الجزء: 11 رقم الصفحة: 3
وَقَدْ ذَكَرَ الشَّافِعِيُّ رحمه الله تعالى هَذِهِ اْلـمَسْأَلَةَ في «الأم» وقال: إِنَّ ذَلِكَ قِمَارٌ وَمُخَاطَرَةٌ وَلَيْسَ بِعَقْدٍ. وَأَنَّهُ مِنْ بَابِ أَكْلِ اْلـمَالِ بِاْلبَاطِلِ .
Terkait permasalahan ini Imam Syfi’i menuturkan dalam kitab al-um bahwa praktek tersebut adalah judi dan berspekulasi bukan akad dan termasuk bagian dari mengambil harta orang lain dengan cara yang batil
Keterangan :
Persamaan praktek dalam ibarat di atas dengan MMM adalah sama-sama murni spekulasi
فتاوى ومشورات للدكتور محمد سعيد رمضان البوطي الجزء الثاني صحـ: ٤٩
القاعدة التي تحدد معنى الميسير تتخلص إلى أن كل مال يدفعه الإنسان مقابل منفعة يحتمل أن يحصل عليها ويحتمل أن لا يحصل عليها فهو داخل في معنى الميسير والميسير محرم بنص القرأن وهذا الذي تسألني عنه من هذا القبيل يدفع الشحص ما يدفعه من الدراهم متأملا أن يجيب الاجابة الصحيحة فيدخل في القرعة فيكون له نصيب من أرباحها وقد ينال ما تأمله وقد لا ينال ولكن الكل يدفعون الدراهم التي لا بد من دفعها
Kesimpulan dari kaidah pendefisian perjudian adalah setiap penyerahan harta sebagai ganti dari kemanfa’atan yang ingin didapatkan yang mungkin terjadi dan juga mungkin tidak terjadi, maka hal ini bagian dari perjudian, dan keharaman judi melalui nas al-quran.
Dan permasalahan yang engkau tanyakan kepadaku termasuk dari praktek ini. Yaitu seseorang menyerahkan sejumlah dirham dengan harapan mendapatkan keuntungan lalu masuk dalam undian, terkadang harapannya terpenuhi terkadang pula tidak, sementara semua anggota harus menyerahkan sejumlah dirham.
تحفة المحتاج في شرح المنهاج ج 7 ص 177
وَحَيْثُ حَرُمَ الْأَخْذُ لَمْ يَمْلِكْ مَا أَخَذَهُ ; لِأَنَّ مَالِكَهُ لَمْ يَرْضَ بِبَذْلِهِ لَهُ
Sekiranya haram mengambil (menerima) maka dia tidak dapat memiliki apa yang diambil karena sebenarnya pemiliknya tidak ridlo dengan penyerahan tersebut
Jumat, 14 Februari 2014
1.Jarak safar yang terputus & air sedikit terkena percikan.
Pak Abu yang rumahnya blitar dulunya anti ziarah Wali, tapi kini menjadi orang yang gemar berziarah, bahkan dia nekat membeli mini bus agar bisa pergi ziarah sendiri, Ketika bepergian Ziarah Wali 9 sesampainya di Ampel tiba-tiba dia sakit dan akhirnya menginap di penginapan selama 6 hari.Dalam kondisi sakit ketika bersuci dia sering menggunakan air yang di masak dulu supaya hangat Setelah sembuh Dia pun melanjutkan perjalanan, Setibanya di Semarang karena Sulitnya mencari air di wudhu dengan hanya menggunakan air sedikit( 1timba), pada saat basuhan pertama ada air yang menetes ketimba namun tidak ia perdulikan.
Pertanyaan
a.Mulai dari mana pak Abu Bisa menghitung jarak bepergian sehingga bisa menlakukan rukhshoh?
b.Bagaimana hukumnya berwudlu meggunakan air yang masak ( hangat) ?
c.Bagaimana hukumnya air sedikit terkena air musta’mal seperti dalam deskripsi?
Jawaban :
a.Mulai dari terlewatinya suurul balad ( batas desa ),
Referensi :
حاشية إعانة الطالبين - (2 / 114)
وعبارة الروض وشرحه: ويحصل ابتداء السفر من بلد له سور بمفارقة سور البلد المختص به، ولو لاصقة من خارجه بنيان - أي عمران - أو مقابر أو احتوى على خراب ومزارع فتكفي مفارقة ما ذكر، لان ما كان خارجه - كالاولين - لا يعد من البلد، بخلاف ما كان داخله، كالآخرين.اهـ.
Dan Ibarat yang ada dalam kitab al Raudl dan syarahnya :”Dan sudah hasil(terhitung) permulaan safar dari balad yang memiliki batas, dengan terpisahnya dari batas desa yang sudah di tentukan, walaupun batas tersebut gandeng dengan pemukiman, pemakaman atau di batas desa itu lahan kosong atau persawahan, maka dalam hal ini cukup dengan berpisah dari hal-hal tersebut, karena sesuatu yang sudah berada di luar batas tidak di hitung sebagai balad, berbeda dengan sesuatu yang ada di dalamnya.
Kemudian tentang batasan waktu sampai kapan seorang musafir masih di perbolehkan melakukan rukhshoh terjadi perbedaan pendapat di anta ulama’, sebagian ulama’ mengatakan sampai 18 hari, ada lagi yang mengatakan sampai 4 hari, ada juga yang berpendat selamanya dalam waktu bepergian.
حاشيتا قليوبي وعميرة - (3 / 428)
( وَلَوْ أَقَامَ بِبَلَدٍ ) أَوْ قَرْيَةٍ ( بِنِيَّةِ أَنْ يَرْحَلَ إذَا حَصَلَتْ حَاجَةٌ يَتَوَقَّعُهَا كُلَّ وَقْتٍ قَصَرَ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ يَوْمًا ) لِأَنَّهُ { صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَامَهَا بِمَكَّةَ عَامَ الْفَتْحِ لِحَرْبِ هَوَازِنَ يَقْصُرُ الصَّلَاةَ } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد .( وَقِيلَ : ) قَصَرَ ( أَرْبَعَةً ) فَقَطْ .....( وَفِي قَوْلٍ ) قَصَرَ ( أَبَدًا ) أَيْ بِحَسْبِ الْحَاجَةِ لِظُهُورِ أَنَّهُ لَوْ زَادَتْ حَاجَتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الثَّمَانِيَةَ عَشَرَ لَقَصَرَ فِي الزَّائِدِ أَيْضًا .(....الي ان قال وَلَا يَخْفَى أَنَّ الْأَرْبَعَةَ لَا يُحْسَبُ مِنْهَا يَوْمُ الدُّخُولِ .وَكَذَا يُقَالُ فِي الثَّمَانِيَةَ عَشَرَ .
Apabila seorang musafir telah iqomah di suatu balad, atau qoryah dengan niat akan kembali apabila sudah tercapai apa yang menjadi tujuanya yang di harapkan setiap saat, maka boleh mengqoshor selama 18 hari, karena sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bermukim di Makkah pada Amul Fath untuk perang hawazin da mengqoshor sholat.HR.Abi Dawud
Ada ulama’ yang mengatakan hanya boleh mengqoshor hanya selama empat hari, ada lagi yang mengatakan boleh mengqoshor selama masa bepergian sesuai dengan kebutuhan, nampak dari hadits , andaikan hajat Rosulullah lebih dari 18 hari maka selebihnya juga akan mengqoshor…sampai kepada perkataan..tidak ada kesamaran lagi bahwa empat hari yang di maksud adalah selain hari datang begitu juga dengan 18 hari.
b. Sah dan tidak makruh
حاشية البجيرمي على المنهاج - (1 / 87)
( وَكُرِهَ شَدِيدُ حَرٍّ وَبَرْدٍ ) مِنْ زِيَادَتِي أَيْ اسْتِعْمَالُهُ لِمَنْعِهِ الْإِسْبَاغَ نَعَمْ إنْ فَقَدَ غَيْرَهُ وَضَاقَ الْوَقْتُ وَجَبَ أَوْ خَافَ مِنْهُ ضَرَرًا حَرُمَ ، وَخَرَجَ بِالشَّدِيدِ الْمُعْتَدِلُ وَلَوْ مُسَخَّنًا بِنَجِسٍ فَلَا يُكْرَهُ
Dan di makruhkan memakai air yang sangat panas atau dingin….benar di katakan semacam itu jika tidak ada yang lain dan waktunya hampir habis maka wajib, namun jika kawatir akan terjadi bahaya maka haram. Kecuali air tersebut tidak terlalu panas walaupun di masak dengan sesuatu yang najis maka tidak di makruhkan
c.Air musta’mal yang bercampur dengan air lainnya baik airnya kurang atau lebih dari dua Qullah maka hukum air yang tercampuri terdapat beberapa pendapat ulama sebagai berikut :
1.Bila diperkirakan pencampurannya mengakibatkan perubahan maka tidak dapat dipakai mensucikan lagi, bila tidak mengalami perubahan masih bisa dipakai mensucikan, ini pendapat yang paling shahih.
2.Bila air musta’mal yang mencampuri lebih sedikit maka masih bisa dipakai mensucikan lagi, bila lebih banyak atau sepadan maka tidak bisa dipakai mensucikan lagi.
3.Bila air musta’mal yang mencampuri banyak dan membuat perubahan maka tidak dapat digunakan bersuci bila sedikit maka masih bisa
REFERENSI :
1. I’aanah at-Thoolibiin I/37
2. Fath al-Qariib
3. Raudhatut Tholibiin
5. Al-Fiqh al-Islaam I/238
6. Al-Mughni I/44
حاشية إعانة الطالبين - (1 / 38)
واعلم أن شروط الاستعمال أربعة، تعلم من كلامه: قلة الماء واستعماله فيما لا بد منه، وأن ينفصل عن العضو، وعدم نية الاغتراف في محلها وهو في الغسل بعد نيته، وعند مماسة الماء لشئ من بدنه.فلو نوى الغسل من الجنابة ثم وضع كفه في ماء قليل ولم ينو الاغتراف صار مستعملا.وفي الوضوء بعد غسل الوجه وعند إرادة غسل اليدين، فلو لم ينو الاغتراف حينئذ صار الماء مستعملا.
Ada empat syarat air bisa dikatakan musta’mal:
(1) Volume air sedikit (kurang dari dua qullah),
(2) Sudah pernah digunakan dalam rukun wajib thoharoh,
(3) sudah terpisah dari anggota,
(4) tidak ada niat Ightirof (nyiduk:Jawa),
Ightirof dalam wudlu di lakukan ketika memasukkan tangan ke dalam wadah air ataupun ketika anggota tubuh menyentuh air. Dan ightirof di dalam wudlu di lakukan setelah mmembasuh wajah dan ketika hendak membasuh kedua tangan, I’aanah at-Thoolibiin I/37
===============
روضة الطالبين وعمدة المفتين - (ج 1 / ص 3)
فرع إذا اختلط بالماء الكثير أو القليل مائع يوافقه في الصفات كماء الورد المنقطع الرائحة وماء الشجر والماء المستعمل فوجهان أصحهما إن كان المائع قدرا لو خالف الماء في طعم أو لون أو ريح لتغير التغير المؤثر يسلب الطهورية وإن كان لا يؤثر مع تقدير المخالفة لم يسلب. والثاني إن كان المائع أقل من الماء لم يسلب وإن كان أكثر منه أو مثله سلب وحيث لم يسلب فالصحيح أنه يستعمل الجميع وقيل يجب أن يبقى قدر المائع وقيل إن كان الماء وحده يكفي لواجب الطهارة فله استعمال الجميع وإلا بقي.
Ketika tercampur pada air banyak ataupun sedikit, cairan yang serupa sifatnya dengan air tsb semisal air mawar yang tak berbau lagi dan air tanaman dan AIR MUSTA'MAL maka ada dua pendapat :
Pendapat ke-1(pertama) dan Yang shahih : jika cairan tersebut DIPERKIRAKAN saat mencampuri memiliki rasa, warna atau bau dapat merubah dengan perubahan yang dianggap (perubahan yang besar) maka terlepaslah ke-thohuronnya (kesucianya), dan jika diperkirakan tidak berpengaruh maka tidak menghilangkan thohurnya.
Pendapat ke-2, jika cairan tersebut lebih sedikit dari air yang dicampurinya maka tidak terpengaruh thahurnya, dan jika cairannya lebih banyak atau setara maka hilang thahurnya.
Maka pendapat yang shahih boleh menggunakan air tersebut (yang telah tercampur)keseluruhannya. Dan qiila : Wajib menyisakan air tsb sebanyak cairan yang mencampuri. Dan qiila : Jika air tanpa pencampur cukup untuk membasuh bagian yang wajib maka boleh menggunakan seluruhnya, dst...
Raudhah at-Thoolibiin I/3
==================
الفقه الاسلام ج 1 ص 238
ويعفى عن يسير الماء المستعمل الواقع في الماء؛ لأن النبي صلّى الله عليه وسلم وأصحابه كانوا يتوضؤُون من الأقداح، ويغتسلون من الجفان، واغتسل النبي وعائشة من إناء واحد، تختلفأيديهما فيه، كل واحد منهما يقول لصاحبه: أبق لي، ومثل هذا لا يسلم من رشاش يقع في الماء. فإن كثر الواقع وتفاحش لم تجز الطهارة به على الرواية الراجحة، وهو مذهب الشافعية أيضاً كما بينت
Dan dima’fu (diampuni) sedikitnya air musta’mal yang jatuh kedalam air karena baginda nabi shallallaahu alaihi wsallam dan para sahabat biasa wudhu dengan air dari gelas, dan mandi dengan air dari mangkuk besar, dan baginda nabi bersama ‘Aisyah sering mandi bersama dalam satu wadah air , tangan keduanya saling bergantian didalamnya, saling berkata dengan pasangannya “tuangkan untukku..!”
Yang semacam ini tentu tidak akan terselamatkan dari percikan-percikan dalam air.
Bila percikan yang jatuh tersebut banyak dan membuat keruh maka tidak boleh bersuci memakainya menurut riwayat yang kuat, pendapat ini juga pendapat madzhab syafi’iyyah seperti yang telah kami jelaskan dimuka. Al-Fiqh al-Islaam I/238
=============================
المغني الجزء 1 ص 144
فصل : و ان كان الواقع في الماء ماء مستعملا عفي عن يسيره قال إسحاق بن منصور قلت لأحمد الرجل يتوضأ فينضح من وضوئه في إنائه ؟ قال لا بأس به قال إبراهيم النخعي : لا بد من ذلك ونحوه عن الحسن وهذا ظاهر حال النبي صلى الله عليه و سلم وأصحابه لأنهم كانوا يتوضؤون من الاقداح والانوار ويغتسلون من الجفان وقد روي أن النبي صلى الله عليه و سلم كان يغتسل هو وميمونة من جفنة فيها أثر العجين واغتسل هو وعائشة من اناء واحد تختلف أيديهما في كل واحد منهما يقول لصاحبه أبق لي ومثل هذا لا يسلم من رشاش يقع في الماء وان كثر الواقع تفاحش منع على إحدى الروايتين وقال أصحاب الشافعي إن كان الأكثر المستعمل منع وإن كان الأقل لم يمنع
PASAL
BILA AIR KEJATUHAN AIR MUSTA’MAL
Dan bila air kejatuhan air musta’mal maka dima’fu (diampuni) sedikitnya air yang jatuh....
baginda nabi shallallaahu alaihi wsallam dan para sahabat biasa wudhu dengan air dari gelas, dan mandi dengan air dari mangkuk besar, dan baginda nabi bersama ‘Aisyah sering mandi bersama dalam satu wadah air , tangan keduanya saling bergantian didalamnya, saling berkata dengan pasangannya “tuangkan untukku..!”Yang semacam ini tentu tidak akan terselamatkan dari percikan-percikan dalam air.Bila percikan yang jatuh tersebut banyak dan membuat keruh maka tidak boleh bersuci memakainya menurut riwayat yang kuat.Para Ashab as-Syafi’i berkata :“Bila air musta’malnya yang lebih banyak maka dilarang (bersuci dengannya), bila lebih sedikit maka tidak dilarang”. Al-mughni i/44.
Sabtu, 01 Februari 2014
Males ngaji Gemar Aurodan
1. Males ngaji Gemar Aurodan.
Inilah yang terjadi
di masyarakat kita, kecenderungan orang untuk mengikuti berbagai amalan seperti manakiban, sholawatan, serta
aurad-aurad yang lain lebih besar dari
pada mempelajari ilmu-ilmu yang fardlu ain, yang seharunya lebih di utamakan,
lebih-lebih pada usia sekolah.
Pertanyaan :
a.
Bagaimakah mengajak
anak-anak untuk mengikuti kegiatan seperti dalam deskripsi , sehingga
melalaikan belajar yang fardlu ain ?
b.
Bagaimanakah sikap kita
seandainya ada seorang tokoh yang terus menerus mengajak anak-anak untuk
mengikuti kegiatan sebagaimana dalam deskripsi dan tidak mengarahkanya untuk
mengaji ?
Jawabanya :
a. Kalau sampai Meninggalkan belajar ilmu yang fardlu (wajib) maka
di haramkan. kalau tidak sampai meninggalkannya atau meninggalkan belajar ilmu
yang tidak fardlu (wajib) maka boleh hanya saja tarku afdlol (meninggalkan
sesuatu yang lebih utama).
Maka yang afdlol adalah belajar dulu baru setelah itu
melakukan kesunnahan.
b. Amar Ma’ruf.
Referensi
:
بداية
الهداية ص 9
اعلم
أن أوامر الله تعالى فرائض ونوافل؛ فالفرض رأس المال، وهو أصل التجارة وبه تحصل
النجاة، والنفل هو الربح وبه الفوز بالدرجات، قال صلى الله عليه وسلم: (يقول الله
تبارك وتعالى: (ما تقرب إلي المتقربون بمثل أداء ما افترضت عليهم، ولا يزال العبد
يتقرب إلى بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر
به، ولسانه الذي ينطق به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها).
Ketahuilah bahwa perintah
Allah ada yang fardlu dan ada yang sunnah. Maka yang fardlu adalah modal,
dengan modal ini akan memperoleh keuntungan.Dan Sunnah adalah keuntungan dan
dengan keuntungan ini bisa memperoleh derajat, Nabi Muhammad SAW berkata : “
Allah SWT berkata : ”
Nabi Shollallaah ‘alaih wa
sallam bersabda, hikayat dari Allah ‘azza wa jalla, “Para mutaqarrib
(orang-orang yang mendekatkan diri pada Allah) tidak mendekatkan diri kepadaku
dengan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Aku wajibkan kepada mereka
dan hambu-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah
sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran,
pengelihatan, lisan, tangan dan kaki baginya.
سلم
التوفيق ص 18
(
ويجب عليه أيضا ) أي على من مر (تعليمهما ) أي الصبي والصبية ( ما يجب عليهما ) أي
وما يندب لهما من سائر شرائع الإسلام ويجب أمرهما بذلك فهو واجب في الواجب ومندوب
في المندوب اهـ
Dan di wajibkan lagi kepada
mereka mengajar anak-anaknnya yang kecil apa yang wajib baginya (
shobi/shobiyah) juga halnya dengan sesuatu yang sunnah bagi keduanya dari
syari’at-syari’at islam, dan wajib bagi orang tua/ wali memerintah shobi
shobiyah untuk melakukan syari’at tersebut, maka memerintah ini wajib atas
sesuatu yang wajib, sunnah atas sesuatu yang sunnah.
جامع العلوم ص : 3
وليس له ان ينتقل الى ما هو فرض
كفاية قبل اتمام ماهو فرض عين عليه والى ما هو ليس بفرض قبل اتمام ما هو فرض عليه
Tidak di
perbolehkan bagi mukallaf kepada yang fardlu kifayah sebelum sempurna yang
fardlu ain dan kepada sesuatu yang sunnah/selain fardlu sebelum menyempurnakan
yang fardlu.
تحفة المحتاج الجزء العاشر ص: 210
(تنبيه) ينبغي أن يكون من الكبائر
ترك تعلم ما يتوقف عليه صحة ما هو فرض عين عليه لكن من المسائل الظاهرة لا الخفية
Baiklah
di katakan termasuk dosa besar meninggalkan belajar sesuatu yang menjadikan
sahnya fardlu ain baginya akan tetapi
dari masalah yang dhohir bukan yang khofi.
Begitu
juga referensi kitab-kitan lain :
إحياء علوم
الدين - (ج 1 / ص 14)
واختلف الناس
في العلم الذي هو فرض على كل مسلم فتفرقوا فيه أكثر من عشرين فرقة ولا نطيل بنقل
التفصيل ولكن حاصله أن كل فريق نزل الوجوب على العلم الذي هو بصدده إلى أن قال
.....وبكيفية الوجوب
والذي ينبغي أن يقطع به المحصل ولا يستريب فيه ما سنذكره
وهو أن العلم كما قدمناه في خطبة الكتاب ينقسم إلى علم معاملة وعلم مكاشفة وليس
المراد بهذا العلم إلا علم المعاملة والمعاملة التي كلف العبد العاقل البالغ العمل
بها ثلاثة اعتقاد وفعل وترك فإذا بلغ الرجل العاقل بالاحتلام أو السن ضحوة نهار
مثلا فأول واجب عليه تعلم كلمتي الشهادة وفهم معناهما وهو قول لا إله إلا الله
محمد رسول الله وليس يجب عليه أن يحصل كشف ذلك لنفسه بالنظر والبحث وتحرير الأدلة
بل يكفيه أن يصدق به ويعتقده جزما من غير اختلاج ريب واضطراب نفس وذلك قد يحصل
بمجرد التقليد والسماع من غير بحث ولا برهان إذ اكتفى رسول الله صلى الله عليه و
سلم من أجلاف العرب بالتصديق والإقرار من غير تعلم
فإذا فعل ذلك
فقد أدى واجب الوقت وكان العلم الذي هو فرض عين عليه في الوقت تعلم الكلمتين
وفهمهما وليس يلزمه أمر وراء هذا في الوقت بدليل أنه لو مات عقيب ذلك مات مطيعا
لله عز و جل غير عاص له وإنما يجب غير ذلك بعوارض تعرض وليس ذلك ضروريا في حق كل
شخص بل يتصور الانفكاك وتلك العوارض إما أن تكون في الفعل وإما في الترك وإما في
الاعتقاد اهـ
Rabu, 29 Januari 2014
Memindahkan Penyakit ke Binatang
1.
Perdukunnan dan persuwuan
Dalam
dunia perdukunan dan persuwuan, salah satu proses pengobatan di dalamnya ada
yang dengan cara memindahkan penyakit ke media-media tertentu seperti kambing,
ayam dll. Biasanya hewan tersebut
setelah di sembelih memiliki keganjilan, seperti salah satu anggota tubuhnya
membusuk atau membengkak, di dalam perutnya terdapat benda tajam (kaca, paku,
silet dll) dan keanehan yang lain.
Pertanyaan
:
a. Bagaimanakah hukum melakukan
pengobatan dengan cara di atas ?
b. Apakah pemindahan penyakit tersebut
tidak tergolong Idza’ (menyiksa banatang) ?
c. Apakah idza dengan alasan untuk
menyelamatkam nyawa manusia di perbolehkan ?
Jawaban
;
Boleh, apabila sudah sampai batas
dlorurot atau hajat, demi keselamatan manusia muhtarom dengan beberapa catatan:
1.
Hal tersebut menjadi alternatif
yang terakhir;
2.
Pasien tersebut termasuk muhtarom
'inda al-syar'i (orang yang dimuliakan dalam pandangan Islam);
3.
Sakitnya sampai kondisi mubihut
tayammum (diperkenankan untuk bertayammum).
Referensi :
اعانة
الطالبين وهامشه ج : 4 ص : 129
تتمة
يجب عند هيجان البحر وخوف الغرق القاء غيرالحيوان من المتاع لسلامة حيوان محترم
وإلقاء الدواب لسلامة الآدمي المحترم إن تعين لدفع الغرق وإن لم يأذن المالك
Dan di wajibkan ketika terjadi badai di lautan dan kawatir akan
tenggelam melemparkan harta selain hewan untuk keselamatan hewan yang muhtarom,
dan membuang hewan dawab untuk keselamatan manusia yang muhtarom apabila itu
merupakan alternatif terakhir untuk menolak tenggelam. Walaupun pemiliknya
tidak mengizinkan.
نهاية المحتاج ( الجزء الثاني , ص
/ 21-22 ) ونصه :
(ولو وصل
عظمه) أي عند احتياجه له لكسر ونحوه (بنجس من العظم ولو مغلظا لفقد الطاهر) الصالح
لذلك (فمعذور) فيه - الى ان قال - فقد نص فى المختصر بقوله ولا يصل الى ما إنكسر
من عظمه الا بعظم ما يؤكل لحمه ذكيا ويؤخذ منه انه لايجوز الجبر بعظم الأدمي مطلقا
فلو وجد نجسا يصلح وعظم ادمي كذاك وجب تقديم الأول ( قَوْلُهُ : أَيْ عِنْدَ احْتِيَاجِهِ ) أَيْ
بِأَنْ خَشِيَ مُبِيحَ تَيَمُّمٍ لَوْ لَمْ يَصِلْ بِهِ انْتَهَى حَجّ
Dan
apabila menyambung tulangnya ( ketika di butuhkan karena retak/ yang lain)
dengan tulang yang najis walaupun najis mugholadhoh karena tidak adanya yang
suci maka di berikan keringanan/ di perbolehkan …sampai pada perkataan … maka
telah di nas di dalam kitab al mukhtashor dengan komentarnya “ dan tidak di
perbolehkan untuk menyambung tulang yang retak kecuali dengan tulang hewan yang
bisa di makan dagingnya setelah di sembelih “ di ambil kefahaman dari nas itu
sesungguhnya tidak di perbolehkan menyambung dengan tulang manusia secara
mutlak apabila menemukan tulang yang najis yang bisa di gunakan serta tulang
manusia maka wajib memakai tulang najis. Qouluhu inda ihtiyajihi : yaitu
dengan kekawatiran yang sampai di perbolehkan tayamum andai tidak di
sambung dengan tulang tersebut.
المجموع للنووي ( الجزء التاسع ,ص
/ 50-51) ونصه :
(ان الله لم
يجعل شفاء كم فيما حرم عليكم ) فهوحرام عند وجود غيره وليس حراما اذا لم يجد غيره.
اهـ
Sesungguhnya
Allah tidak menjadikan kesembuhan dari kamu semua dengan sesuatu yang di
haramkan maka ( berobat dengan sesuatu haram) di haramkan apabila masih ada
sesuatu lain yang halal, dan tidak haram apabila menemukan yang lain.
a.
Termasuk
idzak yang asalnya haram, akan tetapi karena demi kamaslahatan yang lebih besar
yaitu demi selamatnya nyawa manusia maka di perbolehkan.
Referensi :
الباجورى ( الجزء الأول , ص /34 )
ونصه :
(الميتة) -
الى أن قال - وماشك في سيل دمه وعدمه فهل يجوز شق عضو منه اولا ؟ قال بالاول
الرملي تبعا للغزالى لأنه لحاجة وقال بالثانى ابن حجر تبعا لامام الحرمين لما فيه
من التعذيب ـ
Al
maitah/bangkai yang di ragukan apakah di sembelih atau tidak apakah boleh
merobek bagian darinya atau tidak ? pendapat pertama (di perbolehkan ) di
katakan oleh Al Romli ikut kepada al ghozali karena hajat, dan pendapat ke dua
( tidak di bolehkan ) di katakan oleh ibnu hajar ikut kepada imam haromain
karena termasuk ta’dziib.
Langganan:
Postingan (Atom)