1.
Waqofan caleg
Aroma
persaingan politik antar caleg sudah semakin semerbak, cara apapun di lakukan untuk mendapatkan
dukungan dan simpatik masyarakat, hingga
salah seorang caleg dari partai tertentu guna mencari dukungan dan simpatik dia
rela mewaqofkan sebagian tanahnya untuk didirikan lembaga pendidikan dan
bagi-bagi uang ke masjid-masjid di dapilnya.
Serah terima tanah waqofan dan uang hadapan masyarakat yang telah di
undang terlebih dahulu, amplop-amplop untuk mereka juga tak ketinggalan. Pada
saat sambutan sang CALEG hanya berkata “mohon doa restu dan dukungan atas
pencalonannya dan tanah saya ini saya waqofkan untuk dijadikan madrasah
(contoh) “.
Pertanyaan
:
a. Sahkah waqof yang dilakukan sang
caleg tersebut ?
b. Adakah perbedaan hukum penerimaan
antara waqofan, uang untuk masjid dan amplop yang diterima masyarakat
sebagaimana dalam deskripsi ?
Jawaban
:
a.
Jika
Waqaf nya Jihah At Tahrir seperti “ Tanah ini saya wakafkan untuk
di jadikan madrasah, tanah ini saya waqafkan untuk di jadikan masjid” seperti dalam deskripsi maka waqafnya Sah
tanpa adanya Qabul (penerimaan) dari siapapun, karena kepemilikanya langsung
pindah kepada Allah, maka tidak bisa dikatakan menerima Rosywah. dan masyarakat
tidak wajib mendukungnya.
Jika Waqofnya adalah waqaf
yang di syaratkan harus adanya qobul (bukan Waqaf Jihah Tahriri), seperti waqaf
pada perseorangan, pemberian amplopan untuk masjid, dan amplop untuk
perseorangan, maka hukum menerimanya adalah haram karena termasuk risywah.
Referensi
:
شرواني
الجزء الثامن ص: 93
وخرج
بالمعين الجهة العامة وجهة التحرير كالمسجد فلا قبول فيه جزما ولم ينب الإمام عن
المسلمين فيه ..... ولا يشترط قبول ناظر المسجد ما وقف عليه بخلاف ما وهب له (قوله
ولا يشترط قبول ناظر المسجد إلخ ) وينبغي أن مثله الرباط والمدرسة والمقبرة
لمشابهتها للمسجد في كون الحق لله تعالى اهـ ع ش
Di kecualikan dari waqaf
muayyan adalah wakah jihah al ammah, dan jihah tahriri seperti masjid maka
secara pasti tidak ada syarat qobul dalam wakaf tersebut, dan dalam wakaf
tersebut imam tidak bisa mengganti kedudukan orang muslimin,……..dan tidak
disyaratkan bagi nadzirnya masjid untuk Qobul/menerima sesuatu yang di wakafkan
untuk masjid, kecuali barang yang di
hibahkan untuk masjid ( Qouluhu La yusytarotu …..) Edialnya sama dengan masjit
tersebut adalah pondok, madrasah, dan pemakaman karena ada persamaan dengan
masjid bahwa hak adalah untuk allah.
المحلى
الجزء الثالث.ص.105
فصل:الأظهر
ان الملك فى رقبة الموقوف ينتقل الى الله تعالى اى ينفك عن اختصاص كالعتق فلا يكون
للواقف ولاللموقوف.اهـ .
Menurut qoul dhohir bahwa
kepemilikan terhadap aset yang di wakafkan adalah berpindah kepada Allah
artinya terlepas dari kekhususan terhadap seseorang, sepertihalnya memerdekakan
hamba( AL ITQI ) maka tidak ada hak lagi bagi waaqif ataupun mauquf.
المهذب
الجزء الأول.ص.442
واذا
صح الوقف لزم وانقطع تصرف الواقف فيه.اهـ
Dan apabila
sah suatu wakaf maka akan luzum, dan terlepas tashorufnya waqif terhadap barang
yang di wakafkan.
b.
Sebagaimana
dalam jawaban sub a, maka ada perbedaan hukum penerimaan, sebagaimana perincian
pada jawaban sub a.
Referensi :
شرواني
الجزء الثامن ص: 93
وخرج
بالمعين الجهة العامة وجهة التحرير كالمسجد فلا قبول فيه جزما ولم ينب الإمام عن
المسلمين فيه …….. ولا يشترط قبول ناظر المسجد ما وقف عليه
بخلاف ما وهب له (قوله ولا يشترط قبول ناظر المسجد إلخ ) وينبغي أن مثله الرباط
والمدرسة والمقبرة لمشابهتها للمسجد في كون الحق لله تعالى اهـ ع ش
Di
kecualikan dari waqaf muayyan adalah wakah jihah al ammah, dan jihah tahriri
seperti masjid maka secara pasti tidak ada syarat qobul dalam wakaf tersebut,
dan dalam wakaf tersebut imam tidak bisa mengganti kedudukan orang
muslimin,……..dan tidak disyaratkan bagi nadzirnya masjid untuk Qobul/menerima
sesuatu yang di wakafkan untuk masjid,
kecuali barang yang di hibahkan untuk masjid ( Qouluhu La yusytarotu
…..) Edialnya sama dengan masjit tersebut adalah pondok, madrasah, dan
pemakaman karena ada persamaan dengan masjid bahwa hak adalah untuk allah.
المحلى
الجزء الثالث.ص.105
فصل:الأظهر
ان الملك فى رقبة الموقوف ينتقل الى الله تعالى اى ينفك عن اختصاص كالعتق فلا يكون
للواقف ولاللموقوف.اهـ .
Menurut
qoul dhohir bahwa kepemilikan terhadap aset yang di wakafkan adalah berpindah
kepada Allah artinya terlepas dari kekhususan terhadap seseorang, sepertihalnya
memerdekakan hamba( AL ITQI ) maka tidak ada hak lagi bagi waaqif ataupun
mauquf.
فتاوي
السبكي الجزء الأول ص: 204 دار المعارف
والمراد
بالرشوة التي ذكرناها ما يعطى لدفع حق أو لتحصيل باطل وإن أعطيت للتوصل إلى الحكم
بحق فالتحريم على من يأخذها كذلك وأما من لم يعطها فإن لم يقدر على الوصول إلى حقه
إلا بذلك جاز وإن قدر إلى الوصول إليه بدونه لم يجز وهكذا حكم ما يعطى على
الولايات والمناصب يحرم على الآخذ مطلقا ويفصل في الدافع على ما بينا
Dan yang
di maksud dengan risywah yang saya sampaikan adalah sesuatu yang di berikan
karena tujuan untuk menolak sesuatu yang haq(benar) atau mendapatkan sesuatu
yang bathil. Apabila di berikan karena untuk
mendapat kan keputusan hukum dengan haq, maka keharaman juga bagi orang
yang menerimanya. Adapun orang yang tidak memberikan : apabila tidak bisa
sampai pada haknya kecuali dengan cara memberikan maka di perbolehkan, kalau
bisa sampai kepada haknya tanpa dengan cara itu maka tidak di perbolehkan,
begitu juga hukum pemberian yang ada keterkaitan dengan wilayah/ kekuasaan atau
pangkat. Maka di haramkan bagi orang yang menerima secara mutlak dan di tafsil
hukum pemberi seperti yang telah kami jelaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar